MAKALAH
FISIOLOGI
HEWAN
Sistem
Endokrin dan Hasil yang di Sekresikan (Sistem Saraf)
OLEH :
KELOMPOK IV
PENIDIKAN BIOLOGI 2012 (R)
NOSI
QADARIAH
STEVIA
LADISA
NURJANNAH
HARAHAP
ALISAN
YULIA ROSTIANTI
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisam makalah
“Fisiologi Hewan” ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Ibuk Fitri Arsih, S.Si dan Ibuk Ernie Novriyanti, S.Pd, M.pd yang selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak arahan kepada penulis.
Isi dari makalah ini penulis dapatkan dari berbagai sumber yang penulis
susun kembali. Makalah ini membahas tentang berbagai sistem saraf pada hewan.
Makalah ini penulis buat untuk menunjang proses pembelajaran fisiologi hewan.
Keterbatasan waktu dan sumber dalam pembuatan makalah ini tentunya
makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih di perlukan penyempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan salah
satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang bertugas menerima rangsangan,
menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons
terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh
alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian
meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf
dan alat indera. Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja
semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu
bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui
indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan
tersebut ke organ yang bersangkutan. Bagaimana kita bisa merasakan sakit ketika
di cubit?, bagaimana terjadi reflek ketika tangan tersulut api?, bagaimana kita
melihat, mendengar dan lain sebagainya? mungkin jawabannya ada dalam pembahasan
berikut, makalah ini akan membahas tentang sistem saraf.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
struktur sel saraf?
2. Jelaskan
fungsi sistem saraf?
3. Bagaimana
sistem saraf pada vertebrata?
4. Bagaimana
sistem saraf pada invertebrata?
C. Tujuan
1. Mengetahui
komponen sistem saraf
2. Mengetahui
keterkaitan antara komponen sistem saraf
3. Membedakan
sistem saraf hewan vertebrata dan hewan invertebrata
4. Mengetahui
kerja sistem saraf
5. Mengetahui
fungsi sistem saraf
D. Manfaat
1. Dapat
mengetahui komponen sistem saraf
2. Dapat
mengetahui kerterkaitan antara komponen sistem saraf
3. Dapat
membedakan sistem saraf hewan vertebrata dan hewan invertebrata
4. Dapat
mengetahui kerja sistem saraf
5. Dapat
mengetahui fungsi sistem saraf
6. Sebagai
bacaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem
organ yang meregulasi atau mengatur sistem-sistem organ tubuh lain. Sistem
tersebut bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat yang di miliki
manusia. Sistem saraf juga bersama-sama dengan sistem hormon, berfungsi untuk
memelihara fungsi tubuh. Pada umumnya sistem saraf berfungsi untuk mengatur,
misalnya kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh bagian dalam yang
berlangsung dengan cepat, dan kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin. Sistem
saraf pada manusia berfungsi untuk mengatur yang sangat kompleks dan khusus.
Sistem saraf menerima berjuta-juta rangsangan yang berasal dari berbagai organ.
Semua rangsangan tersebut akan bersatu untuk dapat menentukan respon apa yang
dibrerikan oleh tubuh. Sistem saraf
adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun
atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris
indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh,
dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. (Aryulina, 2006)
Ada bagian terpenting dari
sistem saraf, yaitu adanya rangsangan dan reseptor. Rangsangan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu berasal dari luar tubuh (rangsangan eksternal), contohnya
adalah cahaya, suara, gravitasi, suhu, panas, dingin dan rangsangan dari dalam
tubuh (rangsangan internal), contohnya rasa lapar, haus, sakit, nyeri. Reseptor
atau penerima rangsangan adalah sel yang memberikan respon terhadap rangsangan
dari lingkungan esternal dan internal. Kemudian, reseptor akan mengubah rangsangan
yang diterima menjadi suatu stimulus (aliran listrik yang terjadi karena adanya
suatu muatan listrik) yang akan diteruskan melalui neuron (sel saraf). Pada
umumnya yang berfubgsi sebagai reseptor adalah indra. Didalamnya terdapat
ujung-ujung saraf sensori yang berfungsi menerima rangsangan dan membawanya ke
otak dan sumsum tulang belang. (Villee, 1999)
B. Penyusun
Sistem Saraf
1. Struktur
Sel Saraf (Neuron)
Neuron merupakan unit
fungsional system saraf yang dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan sinyal
dalam tubuh dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Meskipun terdapat banyak jenis
neuron yang berbeda dalam hal struktur dan fungsinya, sebagian besar neuron
memiliki beberapa ciri yang sama. Sebuah neuron terdiri dari badan Sel (cell body) yang mengandung nucleus dan
berbagai organel sel lainnya. Ciri neuron yang paling menonjol adalah
penjuluran yang mirip serat, yang disebut prosesus, sehinga sel mampu mencapai
jarak yang jauh untuk menghantarkan pesan.
Neuron merupakan unit
struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan merespon
rangsangan dengan cukup kuat. Neuron tidak mengalami pembelahan sehingga tidak
dapat diganti jika sudah mati atau rusak. Namun, pada kondisi yang sesuai,
neuron dari sistem saraf perifer yang terluka dapat diperbaiki.
Neuron terdiri dari 3 bagian
yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu badan sel (soma/perikarion), dendrit
(uluran pendek), akson (uluran pananag).
Gambar 1. Struktur
neuron
Dendrit merupakan uluran
pendek yang bercabang-cabang dan keluar dari badan sel. Dendrit mengandung
badan Nissl dan organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrit .
Dendrit tidak mengandung selubung meilin maupun neurolema . Secara fungsional
dendrit berfungsi untuk menghantarkan impuls ke badan sel. Dendrit ini
berfungsi mengirimkan sinyal dari ujung neural keseluruh bagian lain neuron.
Dendrit merupakan adaptasi structural yang meningkatkan luas permukaan neuron
tempat neuron itu menerima input dari neuron yang lain atau rseptor sensoris.
Badan sel mengandung nukleus
(inti sel) dan nukleolus (anak inti sel) yang di kelilingi oleh sitoplasma
granuler. Sitoplasma badan sel juga mengandung badan nissl (substandi kromatik)
dan neurofibril (fibril/ serat yang ramping pada neuron). Badan nissl akan
tampak dengan mikroskop elektron seperti rentikulum endoplasma granuler yang
tersusun sejajar satu dengan yang lainnya. Badan nissl mengandung protein yang
digunakan untuk mengenti protein yang habis selama metabolisme. Protein ini
juga digunakan untuk pertumbuhan neuron dan perbaikan saraf dari saraf perifer.
Akson berfungsi
menghantarkan pesan keujung neuron. Akson memiliki bagian yang disebut bukit
akson(axon bullock) yang merupakan
daerah pada badan sel tempat akson bercabang.pada daerah ini umumnya impuls yang
dihantarkan akan dibangkitkan. Umumnya akson dalam system saraf terbungkus oleh
lapisan insulasi yang disebut selubung myelin (myelin sbeath), yang dibentuk oleh sel-sel pendukung. Sel pendukung
yang membentuk selubung myelin pada system saraf tepi disebut sel schwann (schwann cell) sedangkan dalam system
saraf pusat disebut oligodendrosit. Neuron
dapat mempunyai akson yang tunggal dan sangat panjang, tetapi ada juga neuron
yang memiliki akson yang bercabang, dan masing-masing cabang bisa mencapai
ratusan hingga ribuan ujung-ujung khusus yang disebut terminal sinaptik (synaptic terminal), yang mengirimkan
sinyal ke sel lain dengan melepaskan messenger kimiawi yang disebut
neurotransmitter. Lokasi kontak antara terminal sinaptik dengan sel target
(baik neuron lain ataupun efektor) disebut sinapsis. Sinapsis dapat juga
diartikan sebagai persambungan dimana satu neuron berkomunikasi dengan neuron
lain dalam satu jalur neural, atau dimana sebuah neuron berkomunikasi dengan
sebuah sel otot atau sel kelenjar.
Akson merupakan satu uluran
panjang dari badan sel yang berfungsi untuk menghantarkan impuls menjauhi badan
sel. Akson memiliki ciri tipis dengan bentuk panjang dan mengandung
neurofibril, tetapi tidak mengandung badan nissl sehingga tidak terlihat dalam
sintesis protein. Kebanyakan akson di selubungi oleh selubung mielin. Akson
yang dibungkus mielin disebut akson bermielin., sedangkan akson yang tidak di
selubungi mielin di sebut akson telanjang. Ditempat tertentu akson ada yang
tidak dibungkus oleh selubung mielin yang disebut nodus renvier. Selubung
mielin berfungsi sebagai isolator yang melindungi akson terhadap tekanan dan
luka, memberi nutrisi pada akson, dan mempercepat jalannya impuls. (Aryulina,
2006)
Selubung mielin pada sistem
saraf perifer di bentuk dari sel schwann . Mula-mula sel schwann membungkus
sepanjang dan sekeliling akson yang kemudian membungkusnya berkali-kali. Proses
pembungkusan ini di sebut mielinasi yang ditandai oleh adanya lapisan kosentris
dari membran plasma sel schwann yang mengelilingi akson. Lilitan yang kencang
dari membran inilah yang dinamakn selubung mielin. Tebalnya selubung mielin
tergantung pada jumlah lilitan. Bagian dari sel schwann yang menyelubungi
mielin disebut neurolema atau disebut juga selubung schwann. Neurolema hanya
menyelubungi akson sistem saraf perifer. Fungsi neurolema adalah membantu
proses regenerasi akson yang terluka. (Campbell, 1999)
Akson dari sistem saraf
pusat kadang-kadang memiliki selubung mielin, tetapi dapat juga tidak
berselubung mielin. Proses penyelubungan di sistem saraf pusat dilakukan oleh
oligodendrosit dengan cara yang sama seperti penyelubungan sel schwann.
a. Macam-macam
neuron
1) Berdasarkan
jumlah uluran, yaitu :
Gambar 2. Neuron
berdasarkan uluran
a) Neuron
unipolar hanya memiliki satu uluran yang timbul dari badan sel
b) Neuron
bipolar meiliki dua uluran yaitu akson dan dendrit
c) Neuron
multipolar memiliki satu akson dan beberapa dendrit
Gambar 3. Neuron
berdasarkan fungsi dan struktur
a) Neuron
sensorik merupakan neuron yang badan selnya bergerombol membentuk ganglia,
aksonnya pendek, tetapi dendritnya panjang. Neuron sensorik berhubungan dengan
alat indera untuk menerima rangsangan. Sel saraf ini berfungsi menghantar
impuls saraf dari alat indera menuju ke otak atau sumsum tulang belakang,
sehingga sering dikenal sebagai neuron indra
b) Neuron
motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang pendek dan akson yang
panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain, sedangkan akson berhubungan
dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. Neuron motorik berfungsi membawa
impuls dari otak atau sumsum tulang belakang menuju ke otot kelenjar tubuh.
Oleh karena itu, neuron ini sering disebut sebagai neuron penggerak
c) Neuron
konektor merupakan neuron multipolar yang memiliki dendrit yang pendek, tapi
berjumlah banyak, serta akson ada yang panjang dan ada yang pendek. Ujung
dendrit dari saraf yang satu berhubungan dengan ujung akson dari saraf yang
lain membentuk sinaps. Neuron ini banyak terdapat di sumsum tulang belakang dan
otak yang berfungsi meneruskan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik.
2. Sel
pendukung (Sel glia)
Glia ini sangat penting bagi
integritas struktur system saraf dan bagi fungsi normal neuron. Jumlah glia
melebihi jumlah neuron mulai dari sepuluh kali lipat hingga lima puluh kali
lipat.Ada beberapa jenis glia dalam otak otak dan sumsung tulang belakang. Pada
embrio yang sedang berkembang, sel-sel pendukung yang disebut radial glia membentuk jalur yang
digunakan neuron untuk bermigrasi atau tumbuh keluar dari tabung neuron. Glia
yang lain disebut astrositmemberikan
dukungan structural dan metabolis bagi neuron.
C. Fungsi
Sistem Saraf
Secara umum system saraf
mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih, yaitu input sensoris,
integrasi dan output motoris.
1. Input
adalah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya
sel-sel pendeteksi cahaya dimata ke pusat integrasi.
2. Integrasi
adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor
sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respons tubuh yang
sesuai. Sebagai besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat (SSP atau central nervous system, CNS), yaitu otak
dan sumsum tulang belakang (pada vertebrata).
3. Output
motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sl-sel
efektor, sel-sel otot atau kelenjar yang mengaktualisasikan respons tubuh
terhadap stimulus tersebut. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf (nerve),berkas mirip tali yang berasal
dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat.
(Villee, 1999)
Gambar 4. sinpasis
Sinaps adalah sambungan
antara neuron yang satu dengan neuron. Arti dari sinaps adalah hubungan ,
implus dapat terus dijalarkan atau terhambat. Sinaps juga merupakan sasaran
dari bermacam-macam obat. Pada sinaps tersebut terdapat celah yang dikenak
degan nama celah sinaps yang lebarnya kurang
lebih 200 angstrom. Neuron yang terletak sebelum sinaps disebut neuron
parasinaps (subsinaps), sedangkan neuron yang terletak sebelah sinaps disebut
neuron pascasinaps. Penjalaran implus melintasi sinap berlangsung searah, yaitu
dari neuron parasinaps ke neoron pasacasinaps dan melibatkan zat penghantar.
Zat penghantar diproduksi oleh neuron parasinaps dan disimpan dalam kantung
parasinaps. Bila suatu implus tidak dibongkol sinaps ada sejumlah kecuali ion
Ca++ masuk kedalam bongkol sinaps, menyebabkan kantung-kantung parasinaps
bergerak menuju ke membran subsinaps.
1. Komunikasih
kimiawi dan listrik antarsel terkelenjar jadi pada sinapsis
Sinapsis adalah persambungan
unik yang mengontrol komunikasi antara satu neuron denagan sel-sel lain.
Sinapsis ditemukan antar dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron
sensoris, anatara neeuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, dan antara
neuron dengan sel kelenjar. Di sini kita
akan memfokuskan perhatian pada sianapsis antar neuron, yang umumnya
menghantarkan siyal dari terminal sinaptik akson ke dendrit atau badan sel
berikutnya dalam suatu jalur neuron. Sel yang menghantarkan snyal itu disebut
sel prasinaptik dan sel yang menerimanya disebut sel pascasinaptik. sinapsis terdiri
atas dua jenis sinapsis: sinapsis listrik dan sinapsis kimiawi.
2. Sinapsis
listrik
Sinapsis listrik
memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu sel paraisnaptik
ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh persambungan longgar. Hal
ini memungkinkan implus merambat dari satu neuron ke neuron lain tampa
penundaan dan tampa kehilangan kekuatan sinyal. Sinapsis listrik dan sistem
saraf pusat vertebrata me nyelaraskan aktivitas neuron yang bertanggung jawab
atas sejumlah pergerakan cepat dan khas,
contohnya, sinapsis listrik pada otak yang membuat beberapa jenis ikan mampu
mengibaskan ekornya dengan sangat cepat ketika melarikan diri dari pemangsa.
Namun, sinapsis kimiawi jauh lebih umum dibandinglkan denagn sinapsis listrik
pada vertebrata dan sebangian besar invertebrata.
3. Sinapsis
kimiawi.
Ketika potensial aksi
mendepolarisikn membran terminal sinaptik, potensial aksi itu (1) memicu aliran
masuk Ca2+ yang (2) menyebabkan vesikula sinaptik menyatui dengan membran
neuron prasinaptik. Ketika vesikula sinaptik menyatu dengan membran,(3) molekul
neuron transmiter dibebaskan ke dalam celah sinaptik. Molekul ini berdifusi
menembus celah dan berikatan dengan reseftor saluran ion yang tertanam dalam
membran pascasinaptik itu,(4) pengikatan
molekul neurottransmitter dengan reseptor spesifiknya akan membuka
saluran ion. Pergerakan ion dihasilkan mengubah voltase membran pascasinaptik,
sehingga memindahkan potensial membran menuju harga ambang yang diperlukan
untuk suatu potensial membran menuju
harga ambang yang diperlukan untuk suatu potensial aksi ( suatu sianpsis
eksitatoris, seperti digambarkan) atau menghiperpolasasikan membran( suatu
sinapsis ) (5) pada kasus lain, molekul neurotransmiter secara cepat dirombak
oleh enzim atau diambil kembali neuron lain, yang menutup saluran ion dan
mengakhiri respons sinaptik. (Soewolo, 2000)
E. Sistem
Saraf Hewan Vertebrata
Sistem
saraf hewan vertebrata secara struktural dan fungsional beragam. Sebagai
contoh, korteks serebral pada otak lumba-lumba secara struktural lebih kompleks
dan merupakan prosesor informasi yang jauh ampuh dibandingkan dengan korteks
serebral ikan atau katak. Namun, semua sistem saraf vertebrata mempunyai
beberapa kemiripan mendasar, yaitu adanya unsur pusat dan tepi yang jelas dan
derajat sefalisasi yang tinggi. Otak dan sumsum tulang belakang vertebrata
menyusun sistem saraf pusat. Otak menyediakan kemampuan integratif yang mendasari
peruilaku kompleks yang khas pada vertebrata. Sumsum tulang belakang
mengintegrasikan respon yang sederhana terhadap jenis stimulus tertentu dan
mengirimkan informasi ke dan dari otak.
System saraf (pada
vertebrata) terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang yang membentuk system
saraf pusat (SSP), yang bertanggung jawab atas integrasi informasi. Jaringan
kerja saraf yang membentuk system saraf tepi (SST) membawa informasi dari
reseptor sensoris (input sensoris)sampai
kesistem saraf pusat dan perintah motoris dari system saraf pusat (output
motoris) ke berbagai organ atau kelenjar target, yang secara kolektif disebut
efektor.
Saraf yang menghubungkan
sinyal motoris dan sensoris antara system pusat dan bagian tubuh lain secara
bersamaan disebut system saraf tepi (SST atau peripheral nervous system, PNS). Dari reseptor ke efektor,
informasi dikomunikasikan dalam satu saraf dari satu neuron ke neuron
berikutnya melalui kombinasi sinyal listrik dan sinyal kimiawi. (Campbell,
1999)
Sitem
saraf pada vertebrata terdiri dari dua bangian utama: (1) sistem saraf pusat,
yang terdir atas otak dan sumsum tulang belakang (korda spinalis), dan (2)
sistem saraf tepi yang terdiri atas sistem saraf aferen dan sistem saraf
eferen, sistem saraf eferen terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem
saraf otonom, sedangkan sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf
simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik.
Sistem
saraf pusat merupakan pusat koordinasi, yang mengkoordinasi semua imformasi
saraf yang keluar dan masuk. Sistem
saraf tepi merupakan sistem saraf yang terdiri atas serabut - serabut yang
keluar dari sistem saraf pusat.
Serabut
saraf eferen adalah serabut saraf yang memabawa implus dari reseftor ke sistem
saraf pusat, sedangkan serabut saraf eferen adalah serabut saraf yang membawa
implus ke sistem saraf pusat efektor.
Sistem saraf somatik tersusun atas serabut saraf motorik yng menginervasi
otot-otot rangka, sedangkan sistem saraf otonom tersususn atas serabu saraf
yang menginervasi otot-otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar.
(Soewolo, 2000)
1. Sistem
saraf pusat
a. Otak
Otak
merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga tengkorak. Otak manusia
terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan.
Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan mengendalikan tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.
Otak kiri mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan mengendalikan tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada jalur-jalur spinal. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.
Gambar 5. Otak
a) Otak
depan, merupakan otak yang terdiri atas otak besar dan diensefalon
1) Otak
besar
Otak besar mempunyai
fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan
sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun
ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat
kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Bangian otak depan terakhir
adalah telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar selama evolusi
Vertebrata. Pada ikan dan Amfibi, telensefalaon lebih dari sekedar sistem saraf
pusat penciuman (olfaktori), menerima invut dari bulbus olfaktori untuk
dianalisis secara detil pada ujung otak
depan yaitu “hemisphere cerebral” pada reptil dan burung, daeran
ini tetap sebangai suatu lobus olfaktori dan pusat yang disebut amydala. Selanjutnya terdapat suatu
jaraingan saraf yang maju, yaitu sebelah dorsal dan lateral daereah ini,
membentuk striatum (di daerah
lateral) dan palium (di dareah
dorsal). Striatum, diasumsiakn sebangai logus integrasi tingkat paling tinggi
dari input sensori dan respon-respon motorik, misalnya mengkoordinasikan
tingkah laku instingtif dan refleks-refleks yang dikondisikan . striatum papa
burung sangat besar, melebihi bangian kortek serebral pada mamalia. Palium
membentuk pusat yang tetap belum diketahui dengan jelas pada burung dan Reftil,
tetapi telah diketahui memengang peranan penting pada mamlia. Hipokampus, jelas terlibat pada
proses-proses memori jangka pendek Hipokampus dan striatum, keduanya
berinteraksi dengn hipotalamus, bulbus
olfaktori dan amygdala, pada bangian yang disebt sebangai sistem limbik. Sistem
ini penting padaa Mamalia, yaitu mengontrol emosi, suasana hati (keadan
kejiwaan), dan birahi.
Pada Mamalia Monotremata,
terdapat struktur yang dikenal sebangai kortek
serebral atau otak besar, yang terdiri atas permukaan lapisan yang berwarna
kelabu karena berisi badan-badan sel saraf, dan lapisan bawahnya berwarna putih
yang berisi serabut saraf bermielin. Serabut saraf dalam subtansi putih
berfungsi menghubungkan bangian korteks yang satu dengan yang lain kedua belah
ortak ini dihubunkan oleh korpus kalosum.
Otak depan Verebrata,
memiliki dua bangian, yaitu diensefalon
dan telensefalon. Diensefalon, terdiri dari tahlamus, hipothalamus dan
pituitari, posterior, memengang peranan sangat penting, bahkan pada
kebanyakan verebrata yang premitif, berfungsi sebangai pusat beberapa
pengaturan. Fungsi thalamus pad ikan hanya sedikit difahami, sebngai penghubung
“input” olfaktori ke otak tengah. Sedangkan pada vertebrata yang lebih tinggi,
thalamus menjadi sanagt besar dan menjadi pusat integrasi untuk input dari
semua sistem sensori. Thalamus juga menjadi sanagt penting sebngai “stasiun
relay” untuk saluran informasi sensori ke serebral bngaian kortek yang tepat,
dan sebangai saluran informasi motor kearah korda spinalis.
Bagian depan diensefalon
adalah hipotahlamus, yang banayk
terlibat dalam fungsi pengaturan tubuh.
Hipothalamus banyak mengandund sel-sel
neurosekretori yang memproduksi hormon-hormon yang dibebaskan pituitari
posterior, dan yang lain mengontrol pituitari anterior. Hipothamaus mengandung
sel sel mengindera dan mengatur suhu tubuh bngian dalam, dan membantu
mengontrol osmoregulasi. Hipothalamus juga menjadi pusat pengontrol fungsi
viseral dan reaksi emosional, misalnya ingin makan, minum, marah, nafsu
seksual, dan sebngainya. Nampaknya bngian otak ini mengalami sedikit perubahan
pada seluruh vertebrata, naun menjadi salah satu daerah integratif yang sangat
berkembang tinggi, mengontrol banyak tingkah laku instinggtif yang kompleks.
b) Otak
tengah
Otak tengah, sejalan dengan
evolusi vertebrata, hanya mengalami perubahan ukuran sedikit aja, tetapi
mengalami fungsi perubahan yang besar. pada ikan dan anfibi, otak tengah
mengontrol tingkah laku yang sangat kompleks. Khususnya pada mamalia, bangian
dorsal yang melebar 9 disebut dektum), menerima banyak infut dari saraf optik
dan proyeki dari nuklei sensori otak belakang, berungsih sebngai daerah
integrasi otak, dengan berkekembangnya otak depan sebangai pusat penganalisis
penglihatan, banyak input-input visual melewati otak tengah langsung ke “geniculate lateral” thalamus. Dalam kolikulus tektal antherior, nampaknya
yang tinggal hanya berfungsi seperti kontrol releks otot mata luar, iris, dan
kelopak mata. Bersamaan dengan itu, pusat otak depan yang lain, yaitu kolikusul posterior diperkirakn
meningkat peranannya dalam analisis dan “meralay”
inormasi auditori.
c) Otak
belakang
Bangian otak belakang adalah medula oblongata, mengandung pusat
pengaturan resprasi, pusat refleks menelan, muntah, dan pusat pengaturan
kardiovaskular. Melalui medula oblongata lewat semua saraf sensori (kecuali
saraf pembau dan penglihatan). Serabut saraf yang mengontrol hampir semua
neuron motor, dan fungsi-fungsi viseral, seperti kontrol kandung kencing dan
ereksi penis. Banya serabut serabut bersinafsis dalam otak belakang untuk
enyampakikan informasi terutama
proprioseptif yang mengontrol keseimbangan reflek-refleks auditori sederhana.
Otak kecil (serebelum), yang merupakan
pertumbumbuhan keluar dari medula oblongata, pada vertebrata terdiri dari dua
belahan yang berlekuk-lekuk. Otak kecil menginteraksikan informasi yang datang
dari kanalis semisiskulris dan proprioseptor yang lain (posisis internal dan
sensor gerakan), sistem penglihatn dan pendengaran. Input-input tersebut
disensor dalam serebelum, dan output hasilnya membantu mengkoordinasi
sinyal-sinyal motorik yang bertanggung jawab memelihara postur tubuh dan
gerakan anggota yang tepat. (Soewolo, 2000)
2. Sistem
saraf tepi
Hirarki fungsional
sistem saraf tepi
a. Saraf
spinal dan saraf kranial
Secara
struktural, sistem saraf tepi vertebrata terdiri atas saraf kranial dan saraf
spinal serta ganglia terkait. Saraf krinal (crinal nerve) berasal dari otak
yang menginervasi organ kepala dan tubuh bagian atas. Saraf spinal berasal dari
sumsum tulang belakang dan menginervasi ke seluruh tubuh. Sebagian besar saraf
kranial dan semua saraf spinal mengandung neuron motoris maupun sensoris.
Mamalia memiliki 12 pasang saraf krinal dan 31 pasang saraf spinal.
b. Divisi
sensoris dan divisi motoris
Karena
pengaturan kompleks dari neuron sensoris dan neuron motoris pada saraf krinal
dan saraf spinal vertebrata, maka akan lebih mudah membagi sistem saraf tepi
menjadi hirarki komponen yang berbeda fungsi.
Divisi
sensoris saraf tepi tersusun dari neuron sensoris/aferen yang mengirim
informasi dari reseptor sensoris ke saraf pusat yang memonitor lingkungan
eksternal dan internal.
Divisi
motoris tersusun dari neuron eferen yang mengirimkan sinyal dari sistem saraf
pusat ke efektor. Yang terbagi menjadi
sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
Sistem
saraf somatik pada motoris membawa sinyal ke otot rangka terutama sebagai
respon terhadap rangsangan eksternal. Sistem saraf somatis sering di anggap
sebagai sestem saraf sadar karena sistem ini mengikuti kontrol sadar, akan
tetapi sebagian besar pergerakan otot rangka sebenarnya di tentukan oleh
refleks yang diperantarai oleh sumsm tulang belakang atau otak bagian bawah.
Sistem
saraf otonom pada divis motoris mengirimkan signal yang mengatur lingkungan
internal dengan cara mengontrol otot polos dan otot jantung serta organ-organ
sistem pencernaan, kardiovaskuler, eksresi, dan endokrin. Kontrol ini ummumnya
di bawah sadar. Sistem saraf otonom terdiri atas dua subdivisi yang secra
anatomis, fisiologi, dan kimiawi dapat di bedakan yaitu divisi simpatik dan
parasimpatik. Ketika saraf simpatik dan saraf parasimpatik menginervasi organ
yang sama, keduanya sering berpengaruh antagonis. Umumnya signal yang di bawa
melalui divisi parasimpatik meningkatkan aktivitas yang menghemat energi.
Sebalikanya, signal yang di bawa oleh saraf simpatik umumnya meningkatkan komsumsi
energi dan mempersiapkan individu untuk beraktivitas.
Saraf simpatik
|
Saraf parasimpatik
|
Memperlambat denyut
jantung
|
Mempercepat denyut jantung
|
Menurunkan laju
metabolisme
|
Meningkatkan laju
metabolisme
|
Mengembang arteri jantung
|
Menyempit arteri jantung
|
Mengembang bronkus
paru-paru
|
Menyempit bronkus paru-paru
|
Sistem
saraf somatis dan sistem saraf otonom sering kali bekerja sama untuk memelihara
keseimbangan tubuh yang penting dalam homeostasis. Sebagai contoh respons
terhadap penurunan suhu, misalnya, hipotalamus akan mengirimkan sinyal sistem
saraf otonom untuk menyempitkan pembuluh darah, yang mengurangi kehilangan
panas, dan pada saat yang sama hipotalamus dan mengirimkan sainyal ke sistem
saraf somatis dan responnya menggigil. (Camobell, 1999)
Gambar 6. Sistem saraf tepi
Berikut akan di jelaskan secara
lebih rinci sistem saraf pada beberapa hewan vertebrata :
Gambar 7. Saraf ikan
Sistem saraf pada ikan terdiri dari otak. Otak ikan
terdiri dari otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum tulang belakang
(medula oblongata). Pada ikan, otak kecil berkembang lebih baik karena
merupakan tempat berakhirnya saraf keseimbangan dan gurat sisi. Oleh karena
itu, ikan memiliki keseimbangan tubuh yang baik. Otak tengah dan otak besar
tidak mengalami perkembangan yang baik sehingga pusat penglihatan dan penciuman
tidak berkembang dengan baik pula.
Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius,
hemisfer serebral, dan diensefalon kecil, sedangkan lobus optikus dan
serebellum besar. Ada 10 pasang saraf kranial. Korda saraf tertutup dengan
lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada
tiap segmen tubuh. Pada ikan otak besar dan otak tengah berhubungan dengan saraf penglihatan. Kedua
otak ini tidak berkembang dengan baik. Sedangkan Otak kecil merupakan tempat saraf keseimbangan
dan gurat sisi. Otak kecil berkembang dengan baik.Sistem saraf pada ikan berupa
gurat sisi, yang merupakan suatu saluran
dibawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya. Dipermukaan tubuhnya
saluran-saluran itu merupakan lubang-lubang membentuk barisan dalam satu garis.
Pada saluran gurat sisi terdapat rambut-rambut sensoris yang letaknya teratur
disebut neuromast. Neuromast ini mempunyai kepekaan terhadap tekanan dan arus
air. Selain itu juga untuk mengetahui obyek yang bergerak berupa mangsa atau
yang memangsanya.
Ikan mempunyai mata yang lebar. Mata lebar itu mungkin
hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi
benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat didekatnya.
Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang
telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui
kepala atau tubuh.
Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah
kepala dan berguna untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti
menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf kranial
ke X (N. vagus),oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat bahwa telinga tengah
pada vertebrata air berasal sama seperti garis lateral. Selain memilki gurat sisi, ikan juga memiliki telinga
dalam yang berisi reseptor untuk keseimbangan (labirin) dan reseptor pendengar.
Sel-sel rambut pada gurat sisi ikan peka terhadap getaran dengan frekuensi
lebih dari 200 Hz.
Perkembangan sistem saraf dan selnya sebagai alat
pertahanan, berburu dan pengindraan pada ikan. Kebanyakan makhluk hidup mampu menghasilkan aliran listirk
yang digunakan untuk implus saraf.
Beberapa species ikan , selnya berkembang menjadi
suatu susunan yang kompleks dengan mengagabungkan sistem sarafnya sehingga Pada
beberapa species ikan, terdapat ikan yang mampu menghasilkan aliran listik yang
cukup besar tegangannya sekitar 220V-650V, seperti pada belut listrik dan
ikan pari torpedo.
Susunan sel yang dimilikinya seperti tumpukan baterai yang dipasang seri.
Sekitar 5000 sel di bagian ekor, dan otot (pada belut listrik). Yang digunakan
untuk berburu atau sebagai ancaman kepada pemangsa. Selain
ikan yang dipersenjatai dengan muatan listrik potensial, ada jenis ikan lain
pula yang menghasilkan sinyal bertegangan rendah dua hingga tiga volt. Jika
ikan-ikan ini tidak
menggunakan sinyal listrik lemah semacam ini untuk berburu atau mempertahankan diri, lalu digunakan untuk apa? Ikan ini memanfaatkan sinyal lemah ini sebagai alat
indera.
2. Amphibia
Sistem
saraf amphibia juga terdiri dari otak. Pada amfibia, otak tengah sebagi pusat
penglihatan berkembang lebih baik sehingga amfibia memiliki penglihatan yang
baik.
Pada amfibi bagian otak yang berkembang dengan baik adalah otak
tengah sebagai pusat penglihatan. Otak besar berhubungan dengan indra pencium dan otak
kecil hanya merupakan lengkung mendatar yang menuju ke sumsum lanjutan yang
tidak berkembang dengan baik. Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan
bagian yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk
pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus.
Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior,
inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus
superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang
berupa 3 saluran semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan
horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga
luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah
yang memancarkan implus-implus melalui stapes ke koklea).
Amfibi juga mempunyai gurat sisi yang merupakan suatu
saluran dibawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya. Dipermukaan
tubuhnya saluran-saluran itu merupakan lubang-lubang membentuk barisan dalam
satu garis. Pada saluran gurat sisi terdapat rambut-rambut sensoris yang
letaknya teratur disebut neuromast. Neuromast ini mempunyai kepekaan terhadap
tekanan dan arus air. Selain itu juga untuk mengetahui obyek yang bergerak
berupa mangsa atau yang memangsanya.
Gambar 8. Saraf reptil
Pada reptilia Otak besar berkembang dengan baik,
sebagai pusat saraf pembau. Otak besar ini meluas sehingga menutupi otak
tengah. Bagian lainnya kurang berkembang. Otak reptilia terdiri atas dua lobus olfaktorius yang
panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, medulla oblongata yang
melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus optikus
dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang syaraf
kranial.Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit tubuh.
Pada lidah terdapat kuncup-kuncup
perasa, dan terdapat organ pembau pada rongga hidung. Mata dengan kelenjar air
mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah. Saluran auditori eksternal
tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam dengan tiga saluran semi
sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada saluran eustachius dan
bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.
4. Aves
Sistem
saraf burung berupa otak dan sumsum tulang belakang. Pada burung, otak besar
dan otak kecil berkembang dengan baik. Permukaan otak kecil berlipat-lipat
sehingga permukaannya semakin luas. Hal tersebut menyebabkan burung memiliki
keseimbangan yang cukup.
Gambar 9. Sistem
saraf aves
Otak burung telah berkembang cukup baik. Otak besar
dan otak kecilnya berukuran relatif besar. Permukaan otak besar tidak berlipat.
Otak tengah berbentuk gelembung,
berkembang dengan baik dan merupakan pusat saraf penglihat.
Otak kecil permukaanya
berlipat-lipat sehingga mampu menampung sel saraf dalam jumlah yang banyak.
Otak kecil sebagai pusat pengatur keseimbangan burung pada waktu terbang.
Bentuk otak dan bagian-bagiannya
tipikal pada burung terdiri atas Lobus olfaktorius kecil, serebrum besar
sekali. Pada ventro-kaudal serebrum terletak serebellum dan ventral lobus
optikus.lubang telinga nampak dari luar, dengan meatus auditoris eksternal
terus ke membran tympani (gendang telinga). Telinga tengah dengan
saluran-saluran semi sirkulat terus ke koklea. Pendengaran burung darat sangat baik. Dari telinga tengah ada saluran
eustachius menuju ke faring dan bermuara pada langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang
hidung yang berupa celah pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung kurang
baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran bervaskulasi dan berpikmen
yang melekat pada mangkuk optik, dan melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf
optik memasuki sklera mata di tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata dengan
kelenjar air mata. Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat
berakomodasi pada berbagai jarak.
5. Mamalia
Sistem
saraf pada mamalia ini merupakan sistem saraf yang paling lengkap di bandingkan
dengan semua jenis hewan lainnya. Mamalia telah memiliki struktur otot yang
sangat kompleks, serta ukuran yang besar.
Pada
mamalia umumnya telah memiliki struktur indra yang lengkap sehingga telah mampu
merenima rangsangan dan memberikan respon terhadap rangsangan tersebut.
Penjelasan lengkap mengenai sistem saraf pada mamalia telah dirincikan pada
bagian yang pertama. (Walangi, 1993)
F. Sistem
Saraf invertebrata
1. Hewan
bersel satu
Sistem saraf pada Protozoa
Protozoa misalnya amoeba tidak mempunyai susunan saraf tetapi protoplasmanya
dapat melakukan segala kegiatan sebagai makhluk hidup dan mempunyai kepekaan
terhadap rangsang dari luar dan mampu menanggapi rangsang tersebut, misalnya
rangsangan yang berupa cahaya dan sentuhan. Jika rangsangannya kuat, protozoa
menjauh,sebaliknya jika rangsang itu lemah akan mendekat. Pada paramecium
terdapat fibril yang peka terhadap suhu dan sinar, serta berfungsi untuk
mengatur gerakan silianya.
2. Hewan
bersel banyak
a. Sistem
saraf hidra pada cnidaria
Hidra mempunyai jaringan
saraf yang tidak terpusat. Hydra memiliki sistem saraf difus yang terletak pada
mesoglea (antara ectoderm dan endoderm). Disebut sistem saraf difus karena
sel-sel saraf masih tersebar dan saling berhubungan satu sama lain menyerupai
jala maka juga disebut saraf jala (jaring saraf).meskipun demikian, impuls dari
satu sel ke sel lainnya melalui sinaps. Walaupun saraf jala sudah merupakan
saraf sinap, namun tidak memiliki semua cirri-ciri sinaps seperti transmisi
impuls tidak searah dan dan impuls makin jauh makin lemah. Sistem saraf ini
belum punya sistem saraf pusat karena sel-sel saraf tersebar.
Pada
Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea
yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm)
terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling
berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem
saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub
banyak yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun
demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf
jala sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.
b. Sistem
saraf bintang laut pada echinodermata
Memiliki cincin saraf
sentral dengan saraf radial yang di hubungkan dengan jaring saraf pada masing-masing
tangan. sistem sarafnya masih primitive, Pada bintang laut memiliki sistem
saraf sirkuler yang terdiri dari cincin saraf yang melingkari kerongkongan
dengan cabang-cabangnya menuju ke setiap lengan, tapi susunan saraf didalamnya
masih difus seperti jala, belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sistem saraf
pada echinodermata sudah memiliki struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih
maju daripada coelenterate karena sudah memiliki sel saraf sensorik, sel saraf
motorik dan telah ada reflek.
Sistem
saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun
sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan
mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus
seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan
(innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.
Meskipun
sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi sudah
mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf
motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks.
Pada
bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya
terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus
banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap
penjuluran tubuh.
c. Sistem
saraf planaria
Seekor
cacing pipih, memiliki sistem saraf yang simetris bilateral. Sistem saraf
pusatnya adalah otak kecil yang dihubungkan dengan dua tali saraf longitudinal.
Sistem saraf tepinya meliputi sistem saraf transversal yang mirip tangga yang
menghubungkan tali saraf dengan juluran saraf yang lebih kecil di sepanjang
tubuh. Pada cacing pipih mulai terlihat adanya sefalisasi yaitu adanya
pemusatan sel-sel saraf pada bagian depan atau anterior tubuhnya. Planarian
merupakan contoh yang baik karena sel-sel sarafnya terkonsentrasi menjadi
sebuah ganglion dengan dua lobus dibagian muka tubuhnya disebut ganglion kepala
atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang
kebelakang tubuhnya membentuk seperti tangga, karena itu disebut sistem tangga
tali.
Platyhelminthes
sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada
cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian
muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion
kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti
tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas
saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan
tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua
bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang
menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion
kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.
d.
Sistem saraf lintah (anelida)
Memiliki
otak dengan kosntrasi neuron lebih besar dibandingkan dengan otak cacing
pipih.Interneuron pada ganglia tali saraf ventral mrngkoordinasikan banyak
aktivitas segmen tubuh tunggal.
Pada
hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat
juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion
supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf
sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang
saraf ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu
membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang
lateral.
Palpus
dan tentakel pada hewan ini merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion
supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu
terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada
vertebrata.
Sistem
saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen
dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping iti ada ganglion
suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3.
tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral
pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali
saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ
sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.
Pada
cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu
telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion
supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah
stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan
zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai
ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan
tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima
impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain
itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal
pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
e. Sistem
saraf serangga (Artropoda)
Sistem
saraf artropoda ini kemungkinan berevolusi dari sistem saraf yang mirip
annelida. Adanya penyatuan ganglia yang ekstensif pada kepala dan pada tali
saraf ventral, mrnjadikan sistem saraf artropoda kurang tersegmentasi secara
seragam dan lebih tersentralisasi dibandingkan dengan sistem saraf annelida.
Pada
belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut
ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat pengolah rangsang.Ada 3
macam ganglion :
1.
Ganglion kepala, menerima urat saraf yang
berasal dari mata dan antena.
2.
Ganglion di bawah kerongkongan,
mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris
rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah
(labium).
3.
Ganglion ruas-ruas badan berupa
serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh
yang berdekatan.
Ganglion
bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran
pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar
sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Sistem
saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing tanah,
dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat
berbeda dari spesies ke spesies tapimpada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu
protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak
merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol
ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia
segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion
ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang
ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu
sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana.
Pada
udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal
dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral
pertama besar berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang
dari otak dan korda ventral.
Perasa
sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan
organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata
majemuk yang tersususn dari banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap
mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis,
terdapat pada dasar antenul-antenul.
Belalang
mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus.
Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal.
Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion
abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
Antena
dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk meraba,merasa, dan
membau sesuatu. Sebuah membrana tympani terdapat pada permukaan segmen abdomen
pertama. Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi
suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk buah
membuat suara. Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar, terdiri
dari ommatidia. Di samping itu ada 3 oselli atau 3 mata sederhana
f. Mollusca
Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki
ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik, bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok
berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur
misalnya kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti
cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur
berotot
yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya
berbeda untuk setiap kelasnya. Pada gastropoda aktivitas reflek atau gerakan
pada hewan ini dikontrol oleh aktivitas empat pasang ganglion yaitu ganglia cerebral,
pedal, plreural dan fiseral.
Gambar 17. Sistem saraf mollusca
Pada
satu contoh ekstrem, khiton dan remis yang bergerak lambat mempunyai sistem
yang relatif berdifusi dengan ganglia yang jauh berpisah. Sistem saraf pusat
khiton yang ditunjukkan disini terdiri atas cincin saraf anterior yang
menghubungkan ganglia kecil dengan tali saraf longitudinal.
Pada
tiram terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam
kaki, dan sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu
dihubungkan satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan yang
anterior juga oleh serabut-serabut transversal.
Sel-sel
sensori, mungkin peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat di sepanjang batas
mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan keseimbangan terdapat pada tiram. Organ
perasa kurang berkembang dibandingkan anggota molluska lainnya.
Pada
bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral
(dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari
ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.
Pada
ujung tiap tentakel posterior (panjang) terdapat sebuah mata dengan kornea,
lensa dan retina dan mungkin juga organ pencium (olfaktorius). Di bawah ganglia
kaki terdapat sepasang statokis, yaitu organ keseimbangan, masing-masing
mengandung benda-benda berkapur, silia dan sel-sel peraba. Dalam lapisan
epidermis kepala dan kaki terdapat pula struktur peraba.
Pada
gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol
ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini
dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal,
pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumi-cumi, gurita) terdapat otak yang
kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi
oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus.
Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan
ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan
branchial yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak
supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa lobus
untuk pembau, dan kompleks dorsal vertical.
G. Gangguan sistem saraf
Penyakit parkison adalah suatu kelainan degeneratif
sistem saraf pusat yang sering merusak motor penderita itu keterampilan,
ucapan, dan fungsi lainnya. Penyakit Parkinson mempengaruhi gerakan (gejala
motorik). Gejala lainnya termasuk gangguan suasana hati, perilaku, berpikir,
dan sensasi (non motor gejala). Gejala-gejala penyakit Parkinson hasil dari
aktivitas sangat berkurang dari neuron dopami nergik, yang terutama di daerah
pars compacta dari nigra substantia. Ulasan depresi estimasi kejadian di mana
saja dari 20-80% dari kasus. PD tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal
dengan sendirinya, namun berkembang dengan waktu. (Campbell, 1999)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem
koordinasi adalah sistem yang mampu membuat beragam aktivitas organ tubuh
bekerja secara bersama-sama dan kompak, terdiri atas sistem saraf dan endokrin.
Bagian fungsional terkecil sistem saraf, yaitu badan sel, dendrit, dan akson.
Ada empat macam sel saraf yaitu sel saraf motorik, sel saraf sensorik, sel
saraf campuran, dan sel saraf asosiasi.
Antarneuron
dihubungkan dengan sinapsis. Komunikasi interneuron terjadi saat impuls
bergerak melewati akson melalui sinapsis. Pergerakan impuls di sepanjang sel
saraf menggunakan tenaga elektrokimia (listrik) yang dihasilkan oleh perubahan
polaritas. Perubahan polaritas dipengaruhi oleh keseimbangan antara ion sodium
dan potasium.
Sistem
saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
B. Saran
Untuk dapat memahami sistem
saraf, selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada
(buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi
tersebut dengan kehidupan kita sehari- hari, agar lebih mudah untuk paham dan
akan selalu diingat.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, diah.2006. Biologi. Jakarta : Esis.
Campbell.1999. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Soewolo.2000.Pengantar Fiswan. Jakarta.
Villee, Claude A. 1999. Zoologi umum. Jakarta : Erlangga.
Wulangi,kartolo.1993.Prinsip-Prinsip Fiswan. Bandung : FMIPA
ITB.
0 komentar:
Posting Komentar